Gus Mus: Sesepuh NU Tak Pernah Suruh Serbu Ahmadiyah
14 Februari 2011 09:44:49
14 Februari 2011 09:44:49
Wakil Rais Aam Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Musthofa Bisri atau Gus Mus berharap warga NU
(Nahdliyin) tidak ikut-ikutan melakukan tindak kekerasan terhadap
kelompok keagamaan yang dinyatakan sesat. Tindakan kekerasan,
pengrusakan apalagi pembunuhan tidak pernah dianjurkan oleh para
pendiri dan sesepuh NU.
“Kiai-kiai seperti Kiai Hasyim
Asy’ari, Kiai Abdul Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syansuri dan Kiai
Hamid sendiri bukan berarti tak tahu ada Ahmadiyah, tapi beliau-beliau
tak pernah menyuruh menyerbu Ahmadiyah. Sesat tetap sesat tapi jangan
disikat,” katanya.
Hal itu disampaikannya saat memberikan taushiyah di hadapan ratusan ribu warga yang hadir dalam puncak acara haul ke-29 almarhum KH Abd. Hamid dan Haul ke-20 Nyai Nafisah Hamid. Acara digelar di komplek pesantren Salafiyah, hingga pusat kota Pasuruan.
Menurut Gus Mus, dari pada mengurusi Ahmadiyah, banyak hal lain yang penting dilakukan oleh warga Nahdliyin. “Dari pada bicara Ahmadiyah kita merembuk Kiai Hamid (membicarakan teladan, red) seperti, maka rahmat akan turun,” tambahnya.
Menurut, Gus Mus, dakwah yang dilakukan oleh para kiai dan sesepuh NU adalah dakwah dengan perilaku. Dalam acara haul yang dirangkai dengan peringatan maulid nabi itu, ia menegaskan bahwa dakwah dengan perilaku dan contoh diri adalah dakwah khas yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sementara itu ratusan ribu warga yang menghadiri acara haul Kiai Hamid berasal dari daerah Pasuruan dan sekitarnya, serta dari luar Jawa Timur seperti Semarang, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, hingga dari Kalimantan, Sulawesi dan Bali. Selain Gus Mus, haul ini dihadiri Katib Aam PBNU KH Malik Madani, para kiai dan habaib dari berbagai daerah, Menteri Pendidikan Nasional M. Nuh, Anggota DPR RI Anas Urbaningrum, gubernur dan wagub Jawa Timur, walikota Pasuruan dan beberapa pemimpin daerah di Jawa Timur yang berlatarbelakang NU.
Pada Jum'at malam hingga dini hari diadakan hataman Al-Qur'an di seratus tempat (majelis) yang berbeda di seputaran komplek Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan. Para penghafal Al-Qur'an ini berkelompok sebanyak lima orang dan hatam 30 juz dalam waktu semalam. Acara inti pada Sabti pagi diisi dengan Taushiyah dan pembacaan Yasiin dan Tahlil. (nam/nuonline)
Hal itu disampaikannya saat memberikan taushiyah di hadapan ratusan ribu warga yang hadir dalam puncak acara haul ke-29 almarhum KH Abd. Hamid dan Haul ke-20 Nyai Nafisah Hamid. Acara digelar di komplek pesantren Salafiyah, hingga pusat kota Pasuruan.
Menurut Gus Mus, dari pada mengurusi Ahmadiyah, banyak hal lain yang penting dilakukan oleh warga Nahdliyin. “Dari pada bicara Ahmadiyah kita merembuk Kiai Hamid (membicarakan teladan, red) seperti, maka rahmat akan turun,” tambahnya.
Menurut, Gus Mus, dakwah yang dilakukan oleh para kiai dan sesepuh NU adalah dakwah dengan perilaku. Dalam acara haul yang dirangkai dengan peringatan maulid nabi itu, ia menegaskan bahwa dakwah dengan perilaku dan contoh diri adalah dakwah khas yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sementara itu ratusan ribu warga yang menghadiri acara haul Kiai Hamid berasal dari daerah Pasuruan dan sekitarnya, serta dari luar Jawa Timur seperti Semarang, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, hingga dari Kalimantan, Sulawesi dan Bali. Selain Gus Mus, haul ini dihadiri Katib Aam PBNU KH Malik Madani, para kiai dan habaib dari berbagai daerah, Menteri Pendidikan Nasional M. Nuh, Anggota DPR RI Anas Urbaningrum, gubernur dan wagub Jawa Timur, walikota Pasuruan dan beberapa pemimpin daerah di Jawa Timur yang berlatarbelakang NU.
Pada Jum'at malam hingga dini hari diadakan hataman Al-Qur'an di seratus tempat (majelis) yang berbeda di seputaran komplek Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan. Para penghafal Al-Qur'an ini berkelompok sebanyak lima orang dan hatam 30 juz dalam waktu semalam. Acara inti pada Sabti pagi diisi dengan Taushiyah dan pembacaan Yasiin dan Tahlil. (nam/nuonline)
Comments